HADIAH YANG SEMPURNA
Ayub 1:1-22
Masa Sekolah Minggu bagi kebanyakan anak merupakan masa yang menyenangkan karena mereka sering dilimpahi dengan hadiah. Para guru Sekolah Minggu menyiapkan berbagai hadiah bagi anak-anak yang aktif menjawab pertanyaan, tertib saat ibadah, atau rajin menghafal ayat Alkitab. Namun, apabila tidak mendapat hadiah sama sekali, masihkah anak-anak rajin dan tertib beribadah?
Itulah anggapan Iblis terhadap Ayub.
Iblis mempertanyakan, apakah Ayub masih takut akan TUHAN kalau tidak diberkati?
Ayub kaya raya, memiliki rumah, ternak, dan bahkan anak-anak yang cakap. Tidak
heran bila orang memandang Ayub sebagai orang saleh dan diberkati TUHAN. Namun,
suatu waktu malapetaka menghampiri hidupnya. Segala kepunyaannya lenyap
seketika, bahkan ia mengalami penyakit kulit yang parah. Namun meski semua kekayaannya
lenyap, Ayub tetap sujud menyembah TUHAN, ia tidak berbuat dosa dengan
menuduh-Nya melakukan hal yang tidak adil.
Saudara, terkadang pikiran kita pun
tak jauh bedanya dengan anak-anak. Kita mengikut Yesus hanya untuk memperoleh
berkatberkat-Nya. Doa-doa kita pun menggambarkan dengan jelas motivasi kita
mengikut Yesus: “Lindungi keluarga kami; berkati usaha kami”.
Padahal seharusnya kita mengikut Tuhan tidak dengan motivasi demikian. Kita ikut Tuhan, terutama karena kita mengasihi Dia, bukan hanya karena ingin berkat-berkat-Nya, sebab Ia telah memberikan hadiah terbaik, yaitu pengurbanan-Nya bagi kita. Pengurbanan-Nya bagi kita seharusnya telah menjadi hadiah yang sempurna bagi kita. (Wasiat)
REFLEKSI: Keselamatan yang Tuhan berikan adalah hadiah yang sempurna. Mari kita hidup bersyukur melintasi segala keadaan.
